Wapres bertemu tamu beberapa petinggi sebuah partai politik. Tempatnya sangat dirahasiakan. Wartawan yang penciumannya sangat tajam pun tidak bisa mencium pertemuan itu. Inti pertemuan itu, Wapres ditawarkan mencalonkan jadi capres pada pilpres tahun depan.

Bagi Wapres, menjadi capres bukan hal yang baru. Dia sudah pernah sekali jadi capres. Cuma mendapat delapan belas persen suara. Menjadi Wapres sebenarnya bukan cita-citanya. Dia pernah menjadi menteri, menjadi menko. Dia juga tahu menjadi wapres cuma tinggi jabatanya saja tapi kewenangan kerjanya tidak lebih baik dari menteri. Sewaktu menjadi menteri dia pernah mengeluarkan beberapa surat keputusan yang punya nilai strategis. Sekarang? Cuma mondar-mandir meresmikan ini, meresmikan itu. Ada satu kebijakan presiden yang cukup populer yang mendapat respon positif dari berbagai pihak sebenarnya adalah seratus persen buah pikirannya. Tapi yang mendapat pujian tentu saja presiden.

“Dalam posisi seperti Bapak Wapres sekarang ini memang sulit mengangkat citra Bapak.” Salah satu petinggi parpol memberikan saran, “Bapak Wapres bisa memainkan isu kambing hilang menjadi komoditi politik untuk meraih simpati. Rakyat sudah mulai muak. Kita ini negara besar, bukan negara kelas kambing. Persoalan kehilangan kambing yang mestinya cuma sekelas hansip, sekarang naiknya tidak tanggung-tanggung. Kelas presiden! “

Petingggi parpol lain menambahkan, “ Ini antara kita saja,Pak. Saya mendapat bocoran dari sumber yang sangat bisa dipercaya, bapak juga termasuk orang yang dicurigai soal kambing hilang. Penangkapan tokoh ormas XYZ cuma sebagai pintu masuk untuk membidik para tokoh lain. Bapak pernah diisukan dekat dengan para tokoh ormas XYZ.”

Giliran Wapres bicara. “Saya juga merasakan sedang dicurigai. Tapi namanya curiga ya biar sajalah. Kalau sudah menuduh, lain lagi soalnya. Mengenai anak-anak muda dari ormas XYZ. Mereka anak-anak muda yang cerdas. Dalam satu acara diskusi, mereka mengundang menteri. Presiden bertanya pada saya, apakah kita izinkan menteri menghadiri diskusi itu? Saya menawarkan diri. Biar saya saja yang hadir. Menteri bersangkutan sedang ke luar kota. Diskusi itu akan diwakili dirjennya. Untung saya yang hadir. Kalau dirjen, saya yakin tidak akan mampu. Saya saja agak kewalahan. Ketika saya tanyakan pada mereka, kalau misalnya pemerintah membutuhkan kalian, apakah kalian bersedia? Mereka menjawab, tidak. Cita-cita mereka mau jadi presiden. Hahahhaha. Mereka memang beda dengan para relawan yang sekarang sudah anteng duduk di kursi empuk sampai suara mereka melempem. Hahahahaa. “

See also  KAMBING ISTANA HILANG (Episode 13)

“Kita kembali ke pokok pembicaraan. Bapak bersedia kami calonkan jadi capres?“

“Insya Allah bersedia.“

Tidak butuh waktu lama. Dalam satu acara, Wapres diminta menyampaikan kata sambutan.

“ Saudara-saudara sekalian. Bangsa ini bangsa yang besar. Semakin besar satu bangsa, semakin banyak persoalan yang kita hadapi. Insya Allah persoalan-persoalan itu akan kita selesaikan satu persatu. Kita buat skala prioritas. Karena kita tidak bisa menyelesaikan berbagai persoalan sekaligus. Satu persoalan tidak berdiri sendiri. Pasti berhubungan dengan persoalan lain. Baik secara langsung mau pun tidak langsung. Kita sudah cukup lelah mengurusi soal kambing hilang. “

Hadirin tertawa. Wapres tambah semangat.

“Lupakan kambing dari kepala saudara-saudara! “

Hadirin bertepuk tangan.

“Jujur saja, saya juga ikutan senewen ngurusin kambing. Kalau ada yang bertanya pada saya, bagaimana menurut bapak soal kambing hilang? Saya akan jawab, beli lagi kambing yang lebih bagus bulunya, lebih mengkilap tanduknya, kambing betina yang lebih subur agar sering melahirkan anak. “

Hadirin tertawa.

“Sampai sekarang saya masih belum mengerti, apa hubungannya kambing hilang dengan makar? Anak-anak muda dari ormas XYZ yang ditangkap dengan tuduhan makar, dituduh mencuri kambing. Yang benar yang mana nih? Makar atau pencuri kambing? Kalau pencuri kambing dituduh makar, berarti pencuri kerbau sebutannya apa? “

Hadirin bertepuk tangan. Tentu saja tidak semua hadirin. Ada beberapa yang cuma mengelus-elus tangan pura-pura tepuk tangan, terutama yang duduk di barisan depan.

“ Jabatan bukan segala-galanya bagi saya. Bisa saja besok saya dipecat. Itu resiko perjuangan. Saya menjadi wapres hanya ingin menjadikan rakyat negeri ini sejahtera. Hanya itu. Jabatan tidak perlu dikejar, tapi jika dipercaya menjabat, jangan lari. Jabatan tidak akan dibawa mati. Tapi amal perbuatan kita akan menjadi bekal perjalanan menuju akhirat kelak.”

See also  Robot Pintar Ini Menulis Bab Baru Untuk Harry Potter

Seperti dikomando, hadirin serempak berucap, “ Amiiiiin. “

BERSAMBUNG

 

sumber : Balya Nur