Jam kantor sudah menunjukkan waktu pulang, tapi Indra belum terlihat bersiap-siap pulang. Sedikit merebahkan tubuhnya di kursi kantor dan merenggangkan lengan-lengannya Indra melihat temannya, Dewi yang terlihat masih asyik di depan laptopnya. Di kantor, Dewi memang cukup akrab dengan Indra. Mereka sering makan siang bareng. Buat Indra, Dewi rekan kerja yang paling sering diajak diskusi seputar kerjaan.

Sore itu Indra menghampiri meja kerja Dewi. Dengan langkah gontai, Indra berjalan dan merebahkan tubuhnya ke kursi depan meja kerja  Dewi. Dewi yang melihat tingkah Indra itu kemudian langsung menatap rekan kerjanya itu dan bertanya mengapa Indra belum pulang dan terlihat sangat tidak bersemangat.

Indra bercerita bahwa dia mungkin akan mengajukan resign pada bulan-bulan depan. Saat ini Indra masih mempersiapkan keuangannya. Indra mulai menjelaskan bahwa dirinya sepertinya sudah tidak bersemangat lagi dengan pekerjaannya di kantor. Indra mulai lelah dengan pekerjaan sehari-hari yang harus menanggapi keluhan konsumen. Indra mulai berfikir dia mungkin bukan orang yang tepat di sana.

Sebagai teman Dewi cukup paham dengan apa yang sedang dihadapi rekannya itu. Dewi hanya berharap agar Indra benar-benar mempersiapkannya dengan baik jika memang di tempat lain ada kesempatan yang lebih baik untuk dia.  Dewi hanya coba mengingatkan Indra bahwa mungkin Indra juga perlu menggunakan metode baru yang belum pernah ia lakukan sebelumnya dalam menghandle konsumen yang mungkin bisa membuatnya bersemangat.

Dewi menjelaskan bahwa sebetulnya dia juga kadang bosan dengan rutinitasnya dalam melakukan kegiatan pemasaran kepada konsumen tapi Dewi kadang menantang dirinya sendiri untuk melakukan hal yang berbeda. Dewi juga kadang menggunakan metode-metode baru yang dia pikir itu akan meringankan pekerjaannya.

Dewi misalnya mencontohkan kepada Indra betapa banyak konsumen yang menanyakan tentang produk padahal penjelasannya sebetulnya sudah tersedia sangat lengkap di website kantor mereka. Namun demikian Dewi tetap ingin memberikan layanan yang baik kepada calon konsumennya jadi dia menyiapkan template jawaban yang akan diberikan kepada konsumen yang sebetulnya pertanyaannya selalu berputar pada hal yang sama. Dewi hanya tinggal sedikit merubah format-formatnya sehingga jawaban yang diberikan melalui chat di whatsapp konsumen terlihat lebih natural dan friendly ke konsumen.

Dewi bahkan melakukan hal yang sama ketika ia melakukan suatu penawaran baru kepada calon konsumen. Dewi mempersiapkan template pesan promosi yang nantinya akan dia kirimkan ke calon kosumen yang menurutnya memiliki prospek yang tinggi untuk membeli produk tersebut. Dewi menerangkan format yang ia maksud kepada Indra dan menjelaskan bagaimana Dewi hanya tinggal sedikit merubah-ubah formatnya, agar jawabannya natural dan tidak membosankan.

Dewi menjelaskan kepada Indra bagaimana metode yang digunakannya membantunya meringankan pekerjaan dan menghindarkan Dewi dari stress berlebihan di pekerjaannya.

——————————————————

Cerita ilustrasi di atas bisa kamu praktekkan langsung kalau kamu menggunakan whatsapp untuk kegiatan marketing. Dengan WBS Pro kamu tinggal menyimpan template pesan yang bisa kamu blast ke calon konsumen kamu. Anti ribet. Anti stress.