Gibran Rakabuming Raka tentu sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia khususnya. Bukan sebagai anak presiden tetapi namanya banyak disebut-sebut, baik oleh media online, media elektronik maupun media cetak. Bahkan sebelum ayahnya, Joko Widodo menjabat sebagai presiden RI ke-7, Gibran sudah lebih dulu terkenal sebagai pengusaha sukses. Gibran sendiri dikenal sebagai seseorang yang bersikap dingin, jarang tersenyum dan dirinya termasuk pemuda sukses kelahiran 1 Oktober 1987 di Solo. Walaupun begitu, Gibran sebenarnya sosok yang mudah bergaul dna humoris, terbukti saat ia diundang dalam acara Mata Najwa, karena dirinya mampu membuat penonton di studio terbahak-bahak.

Tentang Gibran Rakabuming Raka

Gibran lahir ketika Jokowi tengah memulai bisnis mebel. Gibran mengenyam pendidikan di Singapura tepatnya di Orchid Park Secondary School saat usianya menginjak bangku SMP, kemudian ia pun melanjutkan pendidikan di MDIS  yakni management Development Institute of Singapore dan lulus di tahun 2007 lalu kembali lagi melanjutkan pendidikannya di Australia, tepatnya di University Technologu Insearch, Sydney.

Sesudah lulus lalu kembali ke tanah air, Gibran waktu itu mendapatkan ide mendirikan bisnis kuliner saat melihat gedung Graha Saba Buana yang dimiliki ayahnya bertahun-tahun lamanya tapi tidak mempunyai katering sendiri. Dengan kata lain tiap kali ada orang yang menyewanya, penyewa kerap kali menyewa jasa katering di tempat yang lain, padahal justru biaya terbesar ketika menggelar hajatan yaitu pada cateringnya. Gibran pun mulai berambisi membangun usahanya, akan tetapi keinginan memula bisnis sendiri ditentang kedua orang tua sebab ayahnya ingin Gibran untuk meneruskan bisnis yang sudah dirintis sang ayah. Walaupun ditentang, tapi tidak menyurutkan niat putra sulung Presiden Jokowi ini untuk berwirausaha.

See also  Ini Kisah Ram Chandra, Anak Seorang Kuli Panggul Yang Menjadi Software Engineer Di Google

Mulai Membuka Usaha Kuliner

Untuk urusan modal, Gibran tak mengandalkan kedua orang tuanya. Ia meminjam uang dari pihak bank untuk mengawali usaha kateringnya. Sesudah sukses menjalankan bisnis kateringnya, Gibran pun berpikir merambah ke dunia kuliner lalu membuka bisnis martabak dengan aneka varian topping dan diberi nama Markobar. Bisnis kuliner Markobar mulai dibangun tahun 2015 di Solo. Markobar saat ini telah berkembang bahkan bisa dinikmati di Jakarta, Yogyakarta dan Semarang. Bekerja sama dengan partnernya, Gibran pun mempercayakan persoalan dapurnya pada partner bisnisnya, dan ia menjalankan pemasarannya serta membawanya ke seluruh kota-kota besar yang ada di Indonesia.

Kesuksesan Bisnis Martabak Gibran

Gibran yang saat ini menjadi ketua APJBI (Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia) kota Solo beranggapan jika bisnis martabaknya berpotensi besar untuk dikembangkan. Bahkan rata-rata hasil penjualan Markobar sekarang ini mencapai 150-200 loyang setiap hari dengan harga dibanderol Rp. 45.000 per 1 topping sedangkan untuk 8 topping tiap loyangnya mencapai Rp. 90 ribuan. Harga jualnya bisa dikatakan cukup terjangkau demi menjangkau pasar lebih luas. Selain itu, Girban menentukan target tiap kali ia membuka gerai baru, yakni semua modal yang telah diinvestasikan wajib kembali setidaknya dalam waktu 3 bulan. Bhakan Gibran pun berencana membuka 2 gerai Markobar kembali setiap 2 bulan demi pengembangan usaha selanjutnya.