Mungkin, tidak banyak orang yang mengenal Nicholas Kurniawan. Namun, di dunia bisnis, pemuda kelahiran 29 Januari 1993 ini, namanya cukup familiar. Dialah pengusaha ikan hias termuda di Indonesia. Di usianya yang baru 24 tahun, ia berhasil memperoleh pendapatan sebesar 2–3 juta rupiah setiap bulannya. Kelimpahan harta sudah pasti ia miliki saat ini. Namun begitu, siapa yang menyangka jika ternyata dia dahulunya hanya berasal dari keluarga kurang mampu? Bahkan, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, orang tua Nicholas harus berutang kesana kemari. Bahkan, tidak jarang keluarga mereka selalu mendapat cemoohan dari para tetangga. Namun, berkat usaha kerasnya, ia kini menjadi salah satu pemuda terkaya di Indonesia berkat bisnis eksportis ikan hiasnya. Bagaimana kisah perjuangannya hingga mencapai kesuksesan seperti saat ini? Yuk, kita simak bersama-sama.

Terus Berprestasi di Tengah Kekurangan Ekonomi Keluarga

Meskipun berasal dari keluarga kurang mampu, Nicholas kecil tetap terus menorehkan prestasi cukup membanggakan selama di sekolah dasarnya. “Surat cinta” berupa tagihan pembayaran sekolah seakan tidak menyurutkan tekadnya untuk mengenyam pendidikan tinggi. Ia tetap mampu menyabet predikat sebagai lulusan terbaik di sekolah dasarnya di Santa Maria Djuanda. Tidak hanya itu, sejak SMP hingga SMA kelas 1, ia juga mampu meraih nilai matematika tertinggi di sekolahnya. Di setiap semesternya, nilai yang diperoleh selalu berada di atas rata-rata kelas.

Ternyata, prestasinya di dunia pendidikan ini juga diimbangi dengan kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya. Ia aktif mengikuti berbagai kegiatan OSIS, menjadi kapten tim sepak bola, serta menjadi anggota band. Dia benar-benar menikmati masa pendidikan dengan gemilang.

Pendidikan Tersendat karena Berbisnis

Keterbatasan ekonomi keluarga memaksanya untuk ikut membantu mencari penghasilan. Berbagai usaha ia lakukan, ulai dari berjualan, masuk MLM, hingga ikut asuransi. Dalam pikirannya hanya satu, mendapatkan penghasilan untuk membiayai pendidikannya. Namun, semua usaha tersebut tidak cukup memuaskan. Bahkan jatuh bangun harus ia rasakan. Namun begitu, hal itu tidak menyurutkannya untuk terus berusaha.

See also  Seniman Ini Ciptakan Peta Amsterdam Hanya dengan Potongan Kertas

Hingga saat ia duduk di kelas 2 SMA, seorang teman memberinya satu paket ikan Garra Rufa, jenis ikan terapi yang banyak dilihat di mall. Meskipun pada dasarnya ia tidak menyukai, bahkan tidak bisa memelihara ikan, tapi ia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia coba mencari tahu cara memelihara sekaligus menjual ikan-ikan tersebut. Melalui situs jual beli di Kaskus, ternyata dagangannya laris manis.

Semangat bisnisnya bangkit kembali dan bertekad menjalankan bisnis ini. Ia berhasil mendapatkan tempat penjualan ikan Garra Rufa murah. Akhirnya, dengan tekad kuat, ia berhasil mendapatkan profit sebesar 2 hingga 3 juta rupiah setiap bulannya. Banyaknya pelanggannya yang berasal dari anggota dewan, artis, bahkan pengusaha besar. Sayangnya, kesuksesan bisnis ini tidak diiringi dengan kesuksesan pendidikannya. Bahkan, karena sangat fokus pada pengembangan bisnisnya, ia tidak naik kelas 3 SMA. Hal ini membuatnya malu dan berpindah sekolah.

Menjadi Eksportir Ikan Hias Sukses

Kegagalan pendidikan ini memacunya untuk kembali fokus pada pendidikan. Ia ingin bersekolah di sebuah pendidikan yang cukup mahal. Ia bertekad membiayai sekolahnya sendiri melalui bisnisnya tersebut. Akhirnya, ia mencoba menjadi eksportir ikan hias. Meskipun sering mengalami kegagalan, termasuk ditipu teman bisnisnya sendiri sebesar 30 juta dalam semalam, ia tidak patah semangat. Dan, semangatnya tersebut berakhir cerah. Ia mendapatkan pelanggan yang nominalnya jauh lebih besar dari nilai kerugiannya. Ia sangat percaya, apa pun pasti akan dapat dicapai dengan tekad bulat dan semangat untuk bekerja keras.