Pidato Wapres menyebabkan ketegangan di istana. Media ingin tahu pendapat presiden, tapi jawabannya selalu normatif. Berkali-kali juru bicara presiden membantah keretakan hubungan Presiden dengan Wapres.

“ Beda pendapat hal yang biasa. Tapi Bapak Presiden dan Bapak Wapres punya tujuan yang sama, ingin fokus menjalankan programnya yang tersisa setahun lagi. Jangan lah kalian memperkeruh suasana seolah-olah ada matahari kembar. Tidak lah. Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden masih seperti biasa. Sudah,ya. “

Bapak Presiden makan siang bersama ketua umum parpol pengusungnya di istana. Suasananya nampak akrab. Tidak menyinggung sama sekali soal ucapan Wapres. Setelah para ketua umum parpol keluar istana, Presiden bersama beberapa pakar perilaku dengan spesialisasi masing-masing membahas rekaman video acara makan siang bersama itu.

Presiden ingin tahu, adakah salah satu atau salah dua para petinggi parpol yang menghianatinya, diam-diam membelot membela Wapres. Tidak mungkin Wapres berani bicara seperti itu kalau tidak ada parpol yang mendukungnya. Parpol oposisi sudah terang-terangan mengusung capres dari tokoh oposisi. Tidak mungkinlah Wapres membelot ke opososi menjadi cawapres.

Hasil analisa para pakar perilaku menyimpulkan ada satu parpol besar dan dua parpol kecil yang patut dicurigai. Presiden menanggapinya dengan singkat, “ Saya sudah duga.”

Soal acara makan siang itu, lagi-lagi juru bicara presiden memberikan penjelasan normatif kepada para awak media

“ Apanya yang aneh? Presiden kan kepala negara. Dia berhak mengundang siapa saja untuk makan siang. Apalagi para ketua umum partai politik yang ada di pemerintahan. Kalian juga kan pernah diundang makan siang? Tidak ada yang mencurigai kan? Biasa saja. Saya tegaskan sekali lagi. Tidak ada kegaduhan dalam istana. Tadi ada pertanyaan, kenapa Pak Wapres tidak ikut makan siang? Kan yang mengundang Bapak Presiden, kalau yang mengundang Pak Wapres, pasti ada Pak Wapres. Tidak ada kegaduhan. Makanya jangan bikin berita yang akan bikin kegaduhan. “

See also  KAMBING ISTANA HILANG (Episode 9)

Kepala Polisi yang kena sentil pidato Wapres, bertemu empat mata dengan Presiden. Presiden nampak gusar.

“ Kan sudah saya bilang, terlalu jauh menghubungkan persolan kambing yang hilang dengan soal makar. “

Presiden berhenti sejenak, minum air putih. Kepala Polisi nampak ingin bicara. Presiden mengangkat tangannya.

“ Ya, ya saya tahu. Bukti permulaan yang cukup. Sudahlah, saya ini politisi. Makar itu politis. Anak-anak muda dari ormas XYZ itu memang bikin repot, tapi kan banyak cara untuk menangkap mereka. Undang-undang kita memungkinkan itu. Cari pasal yang cocok, atau mirip-mirip, tapi bukan dihubungkan dengan pencurian kambing. Saya sudah duga akan terjadi seperti ini. Perintah saya kan cari kambing itu sampai ketemu, dan cari tahu kenapa dia hilang.”

“ Tapi sampai sekarang kambing itu tidak bisa ditemukan. Karena berlarut-larut malah menjadi bahan olok-olok, melebar kemana-mana, menjadi isu politik yang akan menjadi batu sandungan saya pada pemilihan presiden tahun depan. Kapan kira-kira kambing itu ditemukan? “

Kepala Polisi yang sejak tadi menunduk, mulai bicara. “ Masih dalam …”
Presiden memotong ucapan Kepala Polisi ,“Penyelidikan, masih dalam pencarian. Saya, Presiden yang bertanya, bukan wartawan. Saya ingin tahu, sampai di mana progresnya, itu yang saya mau tahu. “

“Itu yang mau saya katakan, Pak. Maaf, Pak. Tim kami merasa ada tumpang tindih tugas. Tim pencari kambing yang dibentuk Pak Menko bukan membantu, tapi malah membuat anak buah saya merasa terganggu.”

“Saya kan sudah bilang, silakan diatur, dikordinasikan dengan Pak Menko.”

“Justru itu soalnya. Pak Menko sibuk dengan tugas kementerian, hingga sulit berkordinasi. Lagi pula …Maaf, Pak. Dia kan bukan Menko yang membawahi soal keamanan.”

See also  KAMBING ISTANA HILANG (Episode 14)

“Tapi dia orang kepercayaan saya.”

“Siap,Pak. “

Pertemuan empat mata antara Presiden dan Kepala Polisi oleh media dihubungkan dengan pidato Wapres. Lagi-lagi juru bicara presiden menjadi juru bantah.

“Kepala Polisi kan bawahan Presiden. Apa anehnya? Sama dengan Kalau kalian bicara empat mata dengan pemimpin redaksi. Apa anehnya? Tolong deh, kita sedang membangun, jangan merecoki dengan isu yang akan memecah belah bangsa ini. “

Media berpendapat, justru yang aneh adalah juru bicara presiden. Tidak ada indikasi bangsa akan terpecah belah. Justru rakyat mencium ada perpecahan antara Wapres dengan Presiden. Tapi kok malah bangsa yang dituduh akan pecah.

BERSAMBUNG

 

sumber : Balya Nur