Wapres diberondong pertanyaan oleh para wartawan selesai menghadiri satu acara. Pertanyaannya tidak berhubungan dengan acara barusan.

“ Bapak tahu di istana ada rapat terbatas? “
“ Ya, tahulah. Masa tidak tahu.”
“ Bapak sengaja tidak diundang ya? “
“ Tanya presiden dong, masa tanya saya. “
“ Kenapa bapak tidak diundang? “
“ Namanya juga rapat terbatas. “
“ Tapi sudah berapa kali bapak tidak ikut rapat terbatas? “
“ Ada yang ikut, ada yang tidak. Tidak masalah. “
“ Setiap ada rapat terbatas kok pas kebetulan bapak sedang tugas di luar kota? “
“ Kebetulan agendanya sama. Ah, kalian ini curiga saja. “
“ Bapak tidak curiga? “
“ Tidaklah. Apa yang harus dicurigai? “
“ Masa sih bapak tidak curiga? “
“ Kalau kalian bertanya begitu terus, lama-lama saya bisa curiga. He he he. Ah, kalian ini mancing-mancing saja …”

Jawaban Wapres terakhir sebenarnya mengajak wartawan bercanda, tapi menjadi judul utama berita media online.
“ Wapres : Lama-lama saya bisa curiga. “
“ Wapres Mencurigai Rapat Terbatas. “
“ Wapres Curiga Tidak Diajak Rapat Terbatas. “

Istana punya jawaban terhadap wacana liar itu. Sore hari nampak Presiden dan Wapres berjalan santai di taman istana, berbincang santai sambil tertawa-tawa. Puluhan camera mengabadikan momen langka itu.

Media yang tidak pro pemerintah menghadirkan ahli raut wajah. Dia menganalisa kerutan wajah Presiden dan Wapres hasil jepretan para wartawan di taman istana. Menurut analisanya, tarikan wajah saat tertawa nampak sekali bukan tawa yang lepas. Tawa yang tidak tulus.

Di tanah lapang tempat kambing dan kerbau makan bareng, siang itu terik matahari membuat para kambing lebih memilih tiduran di tempat teduh. Para kerbau sama sekali tidak terusik. Keluarga kambing istana beristirahat di bawah pohon rindang.

See also  KAMBING ISTANA HILANG (Episode 16)

Bukan cuma para kambing yang tidak tahan teriknya matahari. Pengembala kerbau juga. Di bawah pohon rindang para pengembala tidur-tiduran. Salah seorang nampak berbincang dengan orang asing. Orang yang baru pertama kali nampak di tanah lapang itu menunjuk ke arah keluarga kambing istana.

“ Bob, lihat orang itu. Rasanya baru kali ini aku melihat dia. “ Kambing Betina mengarahkan pandangan Kambing Jantan ke arah tempat orang asing yang sedang berbicara dengan salah satu pengembala. “ Sepertinya dia menunjuk ke arah kita. “

“ Kau diam di sani saja. “ Kambing Jantan berjalan ke arah sisi lapangan.
“ Bob, mau kemana? “ Kambing Betina khawatir
Kambing Jantan tetap berjalan menjauh. Lalu kembali lagi ke tempat Kambing Betina.

“ Kau lihat tadi? “ tanya Kambing Jantan pada Kambing Betina. “ Aku berjalan ke sudut lapangan itu, orang itu tetap menunjuk ke arahmu. Artinya, dia bukan menunjuk kita. Mungkin saja dia calo pembeli tanah atau semacam itu. “

“ Aku khawatir kita akan dikembalikan lagi ke istana. “ Kambing Betina nampak sedih.
“ Kita punya kekhawatiran yang sama, tapi …” Ucapan Kambing Jantan terputus
Tiba-tiba Kambing Betina bangkit. “ Anak kita! “ teriaknya

Kambing Jantan menoleh. Dia melihat kedua anaknya seperti adu lari ke arah orang asing itu.

“ Bob, berbuatlah sesuatu! “ Kambing Betina sangat khawatir. Kambing Jantan memperhatikan, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dua anak kambing berada dekat dengan orang asing . Orang asing itu menghampiri dua anak kambing istana. Menangkap salah seekor. Kambing Betina mengembik keras. Berlari menuju orang asing itu.

See also  KAMBING ISTANA HILANG (Episode 9)

“ Beb! “ Kambing Jantan mengejar.

“ Lepaskan anakku! “ Kambing Betina berteriak. Tentu saja orang asing itu tidak mengerti. Dia mengelus anak kambing istana yang terus meronta memanggil ibunya. Kambing Jantan menundukan kepalanya bersiap menyeruduk orang asing itu.

Orang asing itu mundur. Melepaskan anak kambing. Kambing Betina segara menyingkir dari tempat itu diiikuti oleh dua anaknya dan Kambing Jantan. Orang asing yang tadi nampak gugup, tertawa. Seperti baru terlepas dari bahaya.

BERSAMBUNG

 

sumber : Balya Nur