Bagi Kepala Polisi, semakin lama kambing istana hilang semakin baik. Kalau perlu hilang selamanya. Menemukan kambing bukan prestasi yang bisa dibanggakan. Walaupun kambing istana. Tetap saja kambing namanya. Peristiwa hilangnya kambing istana bisa jadi pintu masuk mengkriminalisasi pihak oposisi. Bisa lebih banyak lagi yang bisa dicurigai. Salah satunya, kandidat kuat capres dari pihak oposisi.
Capres Oposisi jika kelak terpilih bisa jadi ancaman serius bagi jabatan Kepala Polisi. Berkali-kali Capres Oposisi melancarkan kritikan pedas kepada kinerja Kepala Polisi. Sebenarnya Kepala Polisi sudah gatal tangannya ingin menangkap Capres Oposisi. Dia menemukan bukti, ormas XYZ punya hubungan khusus dengan Capres Oposisi. Tapi menangkap Capres Oposisi sekarang ini terlalu beresiko. Sebenarnya, resikonya jauh lebih besar jika penangkapannya mendekati pilpres. Bagaimana nanti sajalah.
Jika ada beberapa polisi mengamankan kerumunan orang di tanah lapang tempat kambing istana ditemukan, karena warga resah dengan kedatangan tiba-tiba sejumlah wartawan televisi dan media cetak yang tentu saja diikuti oleh kerumunan warga setempat dan warga luar kampung.
Bagi para pemuda setempat kerumunan itu malah menguntungkan. Mereka menjadi juru parkir dadakan. Begitu juga para pedagang dadakan yang membuka lapak dan juga mengasong.
Beritanya tidak ada yang baru. Masih sama dengan berita Koran Lokal. Cuma ada tanah lapang, gubuk reot, dan sejumlah kambing kampung bersama kerbau.
Kambing Istana beristirahat di sebuah gubuk pinggir kali. Gubuk itu jauh dari rumah penduduk. Penghuni gubuk itu seorang kakek berambut gondrong, jenggotnya yang panjang seperti menyatu dengan kumis, berwarna putih mengkilat.
Sewaktu Kakek Gondrong sedang tidur. Bermimpi didatangi Raja, atau orang yang mirip Raja membawa dua ekor kambing dewasa dan dua ekor anak kambing. Dalam mimpinya Raja berpesan agar merawat kambing-kambing itu. Saat terbangun dari mimpinya, dia mendapatkan kambing istana tiduran di salah satu sudut gubuk.
Kakek Gondrong dan keluarga kambing istana sama-sama terkejut. Kambing Jantan mengambil ancang-ancang menyerang. Kakek Gondrong tersenyum. Senyum yang tulus.
“Tenang … Tenang. Kita ditakdirkan berjodoh. Barusan kalian melompat dari mimpiku. Mungkin kalian tidur tanpa bumbu mimpi, kalian tidak paham arti mimpi.“ Saat bicara, Kakek Gondrong memperagakan makna tiap kata dengan gerakan besar. Nampak sekali dia berusaha agar Kambing Jantan memahami ucapannya.
Kambing Jantan mulai agak tenang. Kambing Betina masih khawatir.
“Jangan percaya omongan manisnya, bob.“
“Tenang saja. Aku bisa membedakan senyum munafik dan senyum tulus. “
Dua anak kambing yang tadi berteriak karena kena tendang ibunya akibat rasa kaget, mulai tidak peduli. Keduanya sibuk mencari posisi yang nyaman buat menyusu.
Kakek Gondrong berjongkok. “Kalau aku menghampirimu, kamu sangka aku berniat jahat. Kita bersahabat. Ayo, mendekatlah. Badanku sudah renta begini, tidak mungkinlah bisa menahan tandukmu. Kamu dalam posisi yang kuat, aku lemah. Percayalah. Kemarilah mendekat. Kita bersahabat.“
Kambing Jantan perlahan mendekati Kakek Gondrong. Kambing Betina menyaksikan dengan tegang. Kambing Jantan sudah berada dekat Kakek Gondrong.
“Aku akan mengangkat tanganku. Aku ingin mengelus kepalamu.” Perlahan Kakek Gondrong mengangkat tangan kanannya. Menyentuh tanduk Kambing Jantan. Mengelusnya. Setelah merasa Kambing Jantan sudah agak lebih tenang, dia mengelus kapala Kambing Jantan.
“ Hahaha. Kita bersahabat, kawan. Sebagai tanda persahabatan, aku akan mencium tandukmu. Aku tidak ragu. Aku tidak takut jika kau marah dan tiba-tiba menanduk kepalaku. “
Kakek Gondrong mengecup tanduk Kambing Jantan. “ Hahahaha kita resmi bersahabat. Aku tidak akan memberi nama khusus untukmu. Aku panggil saja kau, Jantan. Dan kau, Betina. Hahahaha kalian nampaknya keluarga bahagia. Lebih tepatnya, keluarga setia. Aku tidak akan bertanya, kenapa kalian sampai ke gubuk ini. Lagi pula bagaimana cara kalian menjawab. Hahahahha”
“Kalian tentu haus. Kebetulan aku punya banyak gula aren. Tunggu. Aku buatkan.“
Kekek Gondrong mengambil gula aren yang digantung dekat dapur. Gubuk itu tidak ada kamar. Kalau disebut dapur karena ada peralatan masak.
Kakek Gondrong menyodorkan ember berisi air gula aren. Kambing Jantan minum, disusul Kambing Betina.
“Kalian memang keluarga setia, saling menghormati. Hei, Betina. Kau beruntung punya suami Jantan yang gagah dan setia. Hahahahha. Aku tidak seberuntung kalian. Setua ini aku belum menikah. Hahaha. Aku mesti belajar banyak dari kalian soal kesetiaan. Hahahahhaa.”
sumber : Balya Nur