Keluarga kambing istana, terutama Kambing Jantan merasa menemukan kembali sosok Pak Sobri almarhum pada diri Kakek Gondrong. Banyak kemiripan. Soal wajah memang beda. Pak Sobri bertampang filsuf. O, bukan. Filsuf tidak punya wajah spesifik. Socrates konon punya wajah seperti orang kebanyakan. Wajah pasaran. Pak Sobri bertampang klenik, bukan dukun. Di jari-jari tangannya tidak ada batu cincin sebagaimana dipakai para dukun.

Kakek Gondrong lebih ganteng sedikit. Tampangnya mirip pelukis, atau barangkali penyair yang tersasar di pinggir kali. Mungkin juga dia memang seniman teater, atau sutradara film indie, atau barangkali aktor yang sedang observasi. Entahlah. Tapi yang pasti, Kakek Gondrong sosok yang menyenangkan.

Kambing betina bersama dua anaknya berjalan-jalan di sekitar kebun . Ada kebun jagung, kebun singkong, ketela, cabai, ada beberapa pohon pisang, pohon pepaya yang nampak terawat.

Kambing Jantan menggosok-gosokan tanduknya di sebuah pohon. Kakek Gondrong menghampiri.

“ Hei, Jantan. Selamat pagi. Kau bangga dengan tandukmu, ya? Hahahahaha. Kalau ada yang melihat pasti akan terheran-heran. Bagaimana mungkin seorang petani mengajak berkebun seekor kambing? Hahahahha. Kalau kau mau, kau bisa masuk kebun jagung, kebun singkong, silakan makan sesukamu. Kebun ini milik kita. Ya, aku yang menanamnya. Tapi bukan milik kita. Kebun seluas mata memandang ini milik orang kota.”

“Punya kebun seluas ini harus ada yang menjaga. Kalau tidak, akan ada gubuk liar. Kalau didiamkan, gubuk itu akan berubah menjadi rumah. Saat yang punya tanah menyuruh pindah, mereka minta ganti rugi. Hahahahha.”

“Silakan nikmati pagi yang indah ini. Aku mau memulai hariku dengan bekerja agar awet tua. Hahahaha. “
Kakek Gondrong mengambil cangkul. Menaruh di pundaknya. Berjalan sambil menyanyi kecil. Kambing Betina menghampiri Kambing Jantan.

See also  KAMBING ISTANA HILANG (Episode 8)

“Dia bilang apa? “ tanya Kambing Betina
“Aku tidak paham semua. Hanya aku menangkap, dia membebaskan kita memakan daun jagung dan singkong di kebun itu. “

“Kau tidak salah dengar?”

“Tidak. Tentu saja aku tidak akan merusak kebunnya. Makanan di sini berlimpah. Satu hal lagi. Katanya ini kebun milik orang kota. “

“Apa?” tanya Kambing Betina seperti baru mendengar berita buruk

“Kenapa?”

“Ini bukan tempat yang aman. Bagaimana kalau orang kota itu datang mengontrol kebunnya ini? Bagaimana kalau orang kota itu adalah polisi? Atu jangan-jangan …” Kambing Betina tidak melanjutkan ucapannya. Dia berjalan beberapa langkah, memperhatikan Kakek Gondrong yang sedang mencangkul.

Kambing Betina kembali menghampiri Kambing Jantan. “ Bagaimana kalau Kakek Gondrong itu tahu kita kambing istana yang hilang, dia pura-pura tidak tahu. Diam-diam dia mengontak pemilik kebun ini. Entah satu atau dua hari lagi pemilik kebun ini akan datang membawa mobil besar. Membawa kita kembali ke istana.”

“Kita memang harus tetap waspada, tapi jangan berlebihan. Aku bisa membedakan kebaikan orang yang tulus dan yang munafik. Kita ini buronan. Tidak ada tempat yang benar-benar aman. Perjalanan kita sudah sejauh ini. Cukup melelahkan. Jangan ditambah lagi dengan kelelahan akibat kecurigaan yang berlebihan. “

“Aku tidak mau kembali ke istana …” Kambing betina nampak sangat sedih. Sedih seekor kambing. Mungin saja dia menangis, tapi sulit membedakan kambing menangis atau cukup sedih saja.

Kambing Betina berjalan ke tepi sungai diiikuti oleh dua anaknya. Kambing Jantang menghampiri. Mengelus-elus badan Kambing Betina dengan kepalanya.

“Kalau kau terus sedih seperti ini kapan kita akan punya anak lagi? Sebentar lagi musim kawin. “ Kambing Jantan berusaha menghibur Kambing Betina.

See also  Makar Beda Kelas (Oleh : Balya Nur)

“Kita buronan. Merepotkan kalau punya anak lagi.” Kesedihan Kambing Betina belum hilang.

“Percayalah. Di sini tempat yang aman untuk punya anak lagi.”

“Bagaimana kalau pemilik kebun ini datang?”

“Dia tidak akan datang dalam satu atau dua tahun ini.”

“Bagaimana kalau satu atau dua bulan ini dia datang?”

“Pertanyaanmu seperti hewan yang putus asa. Bagaimana kalau tengah malam datang pencuri kambing, dan memotong-motong tubuh kita? Bagaimana kalau Kakek Gondrong tiba-tiba ingin makan daging kambing, dan memotong salah satu kaki kita? Itu pertanyaan hewan yang ketakutan dengan hayalannya sendiri. Kalau mau cari tempat yang paling aman, tempat yang paling aman bagi kita adalah kandang istana.”

“O, itu yang dalam pikiranmu? Kita kembali ke kandang istana? Membentuk keluarga besar sampai punya cucu? Kenapa kau tidak kembali saja sendiri ke istana? Presiden akan mencarikan kambing betina baru yang lebih cantik dariku supaya kau tidak kabur lagi. Silakan kalau itu mauamu. Biar akau dan anak kita pergi sejauh mungkin. “

Kambing Jantan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sulit sekali memahami jalan pikiran Kambing Betina. Sulit diterka maunya. Betina dimana-mana sama saja.

BERSAMBUNG

 

sumber : Balya Nur